Sunday, October 15, 2006

Pelangiku merah jambu


Berdiri di atas hamparan kertas putih tanpa batas
Sebatang pena mulai menari ikuti irama bumi
Melenggak – lenggok torehkan aneka cerita
Ini bukan sekedar cerita
Saat sebatang pena kisahkan pelangi diatas hamparan kertas putih
tanpa batas
Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila juga ungu
Serentak penuh sorak
Inginkan pelangi hanya merah jambu
Apa mau dikata, memang takdir pelangi mejikuhibiniu
Tetapi jiwa tak pernah terpasung kaku
Bertangan sanggup menggenggam
Berkaki mampu berdiri
Berindra dapat berkarya
Walau pada akhirnya sang pencipta yang memiliki kuasa
Sejak berdiri pena mulai menari melenggak – lenggok
Ikuti irama bumi tanpa pernah tau kapan kan terhenti
Dengan penuh harap setitik kebahagiaan diakhir menanti
Hidup memang sebuah penantian
Tiada satu celah sempitpun waktu yang berlalu tanpa menanti
Bahkan bergerak maju tuk menjemput adalah proses dari sebuah penantian
Mananti tak terelakkan bagi sang pemilik mati
Mungkin nanti entah kapan akan datang
Harap cemas ini akan berganti kebahagiaan
Saat pelangiku memang benar merah jambu

Setiap manusia yang terlahir ke bumi membawa takdirnya masing – masing. Lika – liku kehidupan manusia memang bagaikan pelangi. Beraneka ragam cobaan yang Allah berikan, baik berupa kenikmatan maupun kesulitan yang mewarnai setiap kehidupan manusia. Memang sudah menjadi fitrah dari setiap manusia, bahwa setiap dari kita senantiasa menginginkan kebaikan dalam menjalani hidup. Tidak sedikit dari kita yang berfikir bahwa kebaikan itu hanyalah berupa kenikmatan, sehingga sulit sekali untuk berfikir positif atas kesulitan yang menimpa kehidupannya. Padahal kalau kita sanggup memandangnya dari sudut pandang yang berbeda, yakinlah kita akan temukan keindahan atasnya. Karena setiap kesulitan yang kita hadapi dapat menjadikan kita lebih tangguh dalam menjalani hidup. Maha Suci Allah, Roob yang maha adil. Yang menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna dari mahklukNya yang lain. Kita hanya dituntut untuk berusaha di dunia ini, dangan senantiasa penuh harap kepada Allah atas segala kebaikan bagi diri kita. Yakinlah bahwa kesulitan tidak untuk selamanya, kebahagiaan akan datang atas kesungguhan usaha yang kita lakukan. Sungguh lika – liku kehidupan ini bagaikan pelangi. Semakin beraneka ragam warnanya, semakin indah dipandangnya! Segala puji bagi Allah Zat yang maha adil, tidaklah terdapat sebuah kesulitan melainkan bersamaan dengannya hadir sebuah kenikmatan. Wallahua’ lam.

Keindahan 1 Januari

1 Januari 2006, tanggal awal di bulan awal di tahun 2006. tepatnya hari ahad sekitar jam 14.30 dalam perjalanan gw dari cakung station to Mitra Keluarga Hospital.sebenarnya bukan rumah sakit itu tujuan gw, tapi tujuan gw ada di belakang rumah sakit itu. Tepatnya sebuah masjid yang bernama “ Al-Muhajirin “. Buat orang-orang yang menjalani tahun baru masehi di Jakarta, gw yakin bakal bilang tanggal awal di bulan awal di tahun 2006 ini adalah hari yang beda suasananya dari hari kemarin (setiap hari emang pasti beda, cZ waktu yang lewat ga bakalan berulang lagi ). Maksud gw hari ntu jadi jadi hari yang cerah bangaet, nah itu yang bikin beda dengan suasana hari di akhir bulan pada tahun 2005. Seperti pemberitahuan yang tersebar di media cetak or electronic, tentang kejadian alam dibulan desembeer 2005, hujan es yang disertai angin yang kencang ( disebagian wilayah disebut “Angin Puting Beliung” ) yang sanggup menghancurkan rumah dan menumbangkan pohon. This event just not to take place on the village, tapi gw ngalamin sendiri kejadian itu satu minggu sebelum tahun 2006 ditempat yang sama ( disekitar tol bekasi barat ). Mungkin untuk orang-orang yang tinggal didaerah bekai sudah tidak asing lagi dengan pusat perbelenjaan “ Metro politan Mall Bekasi “. Hari itu ( 25 Desember 2005 ) dihebohkan dengan kekuasaan Robbal a’lamin. Papan – papan iklan yang terpampang kokoh dipinggir jalan, hancur bin ambruk alias porak poranda akibat hujan yang disertai krikil – krikil es dengan angin yang kuEnCeng buAngEt. Saat itu gw ada di dalam masjid Al-muhajirin, biasa..NGAPEL! (Ngaji Pelan – Pelan). Sampai – sampai salah satu kaca di masjid itu pecah terkena hantaman hujan. Btw ahad pagi kemarin cerah banget ( 1 januari 2006 ). Seperti ahad – ahad yang lalu, gw pergi ke masjid Al-Muhajirin naik angkot. Alhamdulillah gw dapet tempat duduk di depan, he3,nemenin supir! Setengah jam sudah berlalu, dan gw masih duduk dengan tenang di dalam angkot sambil menikmati semrawutnya lalulintas kota Bekasi (abis mau diapain lagi kalo ngga dinikmati ?). Di tengah – tengah kesemrawutan itu, gw asik memperhatikan ciptaan Allah yang begitu tenang dan tertata dengan rapih. Gw ngeliat awan disiang hari itu begitu indah. Ya Subhanallah awan yang gw liat itu, putih dan cerah banget. Di atasnya ada langit biru yang menjadi atapnya bumi tanpa satu tiangpun yang menyangganya. Disaat gw menikmati semuanya itu (masih dalam perjalanan menuju masjid Al-Muhajirin) dipinggir jalan di depan Naga Swalayan gw ngeliat dua orang lelaki yang masih bocah (kalo gw tebak si umurnya masih sekitar 10 – 12 th), masing – masing dari mereka membawa gerobak tempat mereka mengumpulkan sampah botol air mineral. Sekilas kecerian tergambar di wajah mereka, coz saat itu gw ngeliat mereka saling bercanda dan tertawa sewaktu mengumpulkan sampah botol air mineral. Gw terkejut untuk kedua kalinya. Setelah gw dikejutkan dengan keindahan awan ditengah – tengah kesemrawutan, gw dikejutkan lagi dengan keceriaan dua orang bocah dengan gerobaknya dibawah terik matahari sambil mengumpulkan sampah botol air mineral. Gw berbicara dalam hati “ini baru yang namanya CINTA“. Bayangin aja, dua bocah itu masih bisa saling bercanda dan tertawa ditengah pekerjaan yang begitu berat untuk anak seumur mereka! Apa coba namanya kalo bukan CINTA dari Zat yang maha mencintai umatnya? Sepanjang jalan gw terus berfikir, betapa Allah masih sangat mencintai gw dengan kondisi gw yang sekarang ini. Ya Robbi, kugantungkan harapan dan cita – cita ku kepada Zat yang sanggup melambungkan awan diangkasa tanpa jatuh kebumi dan tak pernah menyentuh langit! INI BARU YANG DINAMAKAN CINTA. Tanpa ada satupun kesulitan dan kesedihan melainkan engkau dampingi dengan ni’matnya keindahan. Ya Robbal arsyil Azim, ajri ku tuk mengenal cinta. Aku berlindung kepadaMu dari cinta yang menipu.

Bandung, aku datang.......


Bandung....

Ngga’ disangka sudah sekitar dua bulan gw menetap di kota ini. Padahal kota ini dulu pernah ngebuat gw trauma. I have something trauble in this city. Gw pernah ketipu dengan kelemah lembutan kota ini. Dibalik tutur kata yang lembut serta sopan santun tingkah laku yang sudah menjadi budaya di kota ini, ternyata terdapat juga orang yang tega menipu, dan gawatnya lagi yang ditipu ntu gw man! Teteh2, akang2.. mbo’ yo liat2 kalo mau nipu! Ulah abdi atuh yang di tipu, but udah takdir, ya...mau diapain lagi? Qoddarullaahu wamasa’afaal. Namanya juga penipu, mau di Bandung , di Jakarta, or di kota-kota lainnya, ya...bakalan sama aja. Minggu – minggu awal gw menetap di Bandung, gw masih trauma banget sama kejadian itu. Bahkan untuk sekedar mendengar orang yang menyapa dengan logat khas Bandungnya yang meni lemah lembu tea’, bisa ngebuat gw jadi kuesel buangget! “ Senyam – senyum, puntan – punten, eh....nipu “. But seiring berjlannya waktu, sedikit demi sedikit trauma itu bisa terobati! Ternyata ngga semua orang bandung seperti itu. Mungkin waktu ntu gw emang lagi apes aje kali ye! Terlepas dari rasa traumatik gw yang mendalam, gw bersyukur banget bisa dapet kesempatan tuk sekolah di kota ini. Sedikit demi sedikit gw mulai belajar tentang kehidupan. Ngerasain bagaimana rasanya jauh dari orang tua, tanpa harus mengeluh pada orang tua, atas sagala yang gw alamin disini. Lagi pula gw ngerasa malu sama ponakan gw setiap kali gw ngeluh, walaupun sekedar mengeluh pada diri sendiri! Lw bayangin aja, ponakan gw tu udah lebih dulu ngerantau dari pada gw! Dan ngga tanggung – tanggung, dia tu ngerantau kenegri orang, di belahan bumi sebelah barat tepatnya di benua eropa, di Jerman Cuy...! ponakan gw ntu salah satu orang yang terus ngasih gw semangat untuk senantiasa optimis dalam hidup. “ Pomakan om, makasih ya untuk semuanya, jangan lupa sholat, jaga kesehatan n semoga berhasil disana, om cuma bisa bantu dengan do’a”. Btw kapan ya kita bisa tukeran coklat lagi? Wuuvf, saat ini Bandung menjadi kota yang sangat menyenangkan buat gw! Tempat gw belajar mengEksplor kemampuan yang ada pada diri gw. Gw pengen banget ngebahagiain orang tua gw, dunia dan akhirat! Dan semoga semuanya itu berawal dari sini, saat gw belajar disini hingga akhirnya nanti gw lulus dengan nilai terbaik! Amiin. Untuk siapa aja yang ngebaca blog ini, gw minta untuk mengamiinkan do’a gw! Semoga Allah kabulkan. Bandung ... please, bantuin gw untuk bisa bahagiakan orang tua gw! Ok!!

Sunday, October 08, 2006

Memperbaiki Birrul Walidain Kita

photo via flickr

Suatu hari ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta kekayaan dan anak. Sementara ayahku berkeinginan menguasai harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah yang demikian ini benar?” Maka jawab Rasulullah, “Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik orang tuamu.” (Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah).
Begitulah, syari’at Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja ketika sang anak masih hidup dalam rengkuhan kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga dan hidup mandiri. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak mengherankan jika perintah berbakti kepada orang tua menempati ranking ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya. Allah berfirman, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu.” (An-Nisa:36)
Birrul Walidain, Bagaimana Caranya?
Sebagai anak, sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengekspresikan rasa bakti dan hormat kita kepada kedua orang tua. Memandang dengan rasa kasih sayang dan bersikap lemah lembut kepada mereka pun termasuk birrul walidain. Allah berfirman, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang.” (Al-Isra’:23)
Dalam kitab “Adabul Mufrad, Imam Bukhari mengetengahkan sebuah riwayat bersumber dari Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir melalui Urwah, menjelaskan mengenai firman Allah : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang.” Maka Urwah menerangkan bahwa kita seharusnya tunduk patuh di hadapan kedua orang tua sebagaimana seorang hamba sahaya tunduk patuh di hadapan majikan yang garang, bengis, lagi kasar.
Pada suatu ketika, ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia bersama seorang laki-laki lanjut usia. Rasulullah bertanya, ”Siapakah orang yang bersamamu?” Maka jawab laki-laki itu, “Ini ayahku”. Rasulullah kemudian bersabda, “Janganlah kamu berjalan di depannya, janganlah kamu duduk sebelum dia duduk, dan janganlah kamu memanggil namanya dengan sembarngan serta janganlah kamu menjadi penyebab dia mendapat cacian dari orang lain.” (Imam Ath-Thabari dalam kitab Al-Ausath)
Berbakti kepada orang tua tak terbatas ketika mereka masih hidup, tetapi bisa dilakukan setelah mereka wafat. Hal itu pernah ditanyakan oleh seorang sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Rasulullah menjawab, “Yakni dengan mengirim doa dan memohonkan ampunan . Menepati janji dan nadzar yang pernah diikrarkan kedua orang tua, memelihara hubungan silaturahim sera memuliakan kawan dan kerabat orang taumu.” Demikian Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban meriwayatkan bersumber dari Abu Asid Malik bin Rabi’ah Ash-Sha’idi
Bukan dalam Syirik dan Maksiyat
Meski kita diperintah untuk taat dan patuh kepada mereka, namun hal itu tak berlaku ketika keduanya memerintahkan kita untuk menyekutukan Allah dan bermaksiyat kepada-Nya. Rasulullah bersabda,”Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiyat kepada Allah.” (Riwayat Ahmad)
Kita tentu ingat kisah seorang sahabat, Sa’ad bin Waqash yang diberi dua buah opsi oleh ibunya yang masih musyrik: kembali kepada kemusyrikan atau ibunya akan mogok makan dan ,minum sampai mati. Ketika sang ibu tengah melakukan aksinya selama tiga hari tiga malam, beliau berkata,”Wahai Ibu, seandainya Ibu memiliki 1000 jiwa kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan agama baruku (Islam). Karena itu, terserah ibu mau makan atau tidak.” Melihat sikap Sa’ad yang bersikeras itu maka ibunya pun menghentikan aksinya. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman:15). Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.
Awas: Durhaka!
Durhaka kepada orang tua (‘uquuqul walidain) termasuk dalam kategori dosa besar. Bentuknya bisa berupa tidak mematuhi perintah, mengabaikan, menyakiti, meremehkan, memandang dengan marah, mengucapkan kata-kata yang menyakitkan perasaan, sebagaimana disinggung dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan ‘ah’ kepada orang tua.” (Al-Isra’ : 23). Jika berkata ‘ah/cis/huh’ saja nggak boleh, apalagi yang lebih kasar daripada itu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa membuat hati orang tua sedih, berarti dia telah durhaka kepadanya.” (Riwayat Bukhari). Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, “Termasuk perbuatan durhaka seseorang yang membelalakkan matanya karena marah.” (Riwayat Thabrani).
Orang tua kita, siapa pun orangnya, memang harus dihormati, apalagi jika beliau seorang muslim. Rasulullah pernah berpesan, “Seorang muslim yang mempunyai kedua orang tua yang muslim, kemudian ia senantiasa berlaku baik kepadanya, maka Allah berkenan membukakan dua pintu surga baginya. Kalau ia memiliki satu orang tua saja, maka ia akan mendapatkan satu pintu surga terbuka. Dan kalau ia membuat kemurkaan kedua orang tua maka Allah tidak ridha kepada-Nya.” Maka ada seorang bertanya, “Walaupun keduanya berlaku zhalim kepadanya?” Jawab Rasulullah, “Ya, sekalipun keduanya menzhaliminya.” (Riwayat Bukhari)
Berhubungan dengan orang tua memang harus hati-hati. Jangan sampai hanya karena emosi, kelalaian, ketidaksabaran plus rasa ego kita yang besar, kita terjerumus ke dalam ‘uququl walidain yang berarti kemurkaan Allah. Na’udzubillah. Bukankah dalam sebuah hadits Rasulullah pernah berpesan bahwa keridhaan Allah berada dalam keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada dalam kemarahan orang tua? Dus, selagi masih ada waktu dan kesempatan, tunjukkanlah cinta, sayang, hormat, dan bakti kita kepada keduanya, hanya untuk satu tujuan: meraih cinta, ampunan, pahala, dan ridha-Nya…
Wallahu A’lam.
 
Powered by Blogger